Nama : Ida Zubaedah
Kls : P.A B 4
Tugas : Responding Paper Buddhisem
1.
Riwayat
Sidharta Gautama
a)
Kehidupan
sang Buddha
Buddha Gautama
dilahirkan dari rahim dewi Mahayana sekitar tahun 560 S.M. di taman Lumbini di
kerajaan Kapilawastu, India Utara, sekitar 100 mil dari Benares. Ayahnya,
Suddhodana, adalah seorang raja kecil yang berasal dari dan memerintah suku
Sakya. Ketika Buddha dilahirkan, wilayah India masih terpecah-pecah menjadi
kerajaan-kerajaan kecil yang menguasai masyarakat dalam bidang sosial politik
maupun moral keagamaan. waktu itu India juga belum memiliki kesatuan bahasa. Reaksi
antara lain muncul dalam bentuk aliran Carvaka yang jelas-jelas menentang kaum
brahmana dan beranggapan bahwa yang ada hanya jagad (loka) ini tidak ada
sesuatupun di atas atau sesudahnya sehingga sering disebut lokayata.
Dalam situasi
seperti itulah Buddha Gautama dilahirkan, dibesarkan, mencari makna hidup dan
mengembangkan penemuannya dalam masyarakat. Kelahiran Buddha sebagai manusia,
sebagaimana digambarkan dalam naskah-naskah Mahayana, diliputi berbagai legenda
yang melambangkan akan mengandung bermimpi ada gajah putih yang masuk ke dalam
perutnya. Siddharta Gautama sendri konon dilahirkan dengan berdiri tanpa
ternoda oleh darah dan langsung dapat berjalan sejauh tujuh langkah; pada
setiap bekas telapak kakinya tersembul bunga teratai, dean pada langkah yang ke
tujuh ia berhenti dan memperlihatkan kebesarannya. Dikisahkan pula bahwa pada
waktu iua lahir, dunia diliputi dengan dengan cahaya terang benderang.
Orang-orang buta sangat berhasrat menyaksikan kegemilangannya yang segera tiba,
sehingga mereka dapat melihat kembali, orang-orang tuli dan bisu menjadi mampu
berbicara tentang hal-hal yang akan datang, dan orang-orang yang cacat menjadi
normal kembali. Para tawanan terlepas dari rantai yang mebelenggu mereka, dan
nyali api neraka padam. Bahkan,kekejaman binatang buas hilang disaat kedamaian
tengah meliputi seluruh bumi. Hanya Mara, si jahat, yang tidak
bergembira.[1]
Setelah melalui
proses kelahiran yang penuh dongeng keajaiban itu, Siddharta Gautama kemudian
menjalani hidup sebagai putra raja Suddhodana di Kapilawastu sampai ia mencapai
pencerahan. Seluruh kehidupannya, secara garis besar dibagi atas empet periode,
yaitu :
a)
Sebagai
pangeran Siddharta di istana Kapilawastu
b)
Sebagai
pertapa Gautama
c)
Periode
mendapat penerangan tertinggi dan menjadi Buddha; dan
d)
Periode
mengajarkan dharma
b)
Mendapatkan
penerangan Tertinggi : menjadi Buddha
Setelah Buddha
menempuh cara yang disaranya dapat membawanya kepada apa yang dicarinya selama
ini, pada suatu malam di bulan waisak, ketika bulan sedang penuh, di tepi
sungai Neranjara, Gautama duduk mengheningkan cipta di bawa pohon Assattha,
yang di kemudaian hari dikenal sebagIa pohon Bodhi.
Setelah duduk
melakukan meditasi semacam itu, Gautama berturut-turut mendapatkan pengetahuan
tertinggi, yaitu :
1)
Pengetahuan
tentang kehidupan dan proses kelahiran yang terdahulu, atau pengetahuan tentang
kelahiran kembali ( pubbenivasanussati )
2)
Pengetahuan
dari mata dewa atau mata batin ( dibacakkhu )
3)
Pengetahuan
bahwa timbul dan lenyapnya bentuk-bentuk dari berbagai macam kehidupan, yang
baik maupun yang buruk, tergantung dari perbuatan masing-masing ( cuti
upapatana )
4)
Pengetahuan
tentang padamnya semua kecenderungan ( asvakkhayanana ) dan menghilangkan
ketidak-tahuan ( avidya )
Dengan
pengetahuan yang dicapainya tersebut, pertapa Gautama telah mencapai penerangan
yang sempurna, pengetahuan yang sejati dan kebebasan batin yang sempurna. Dia
telah mendapat jawaban teka-teki kehidupan yang dicarinya selama ini, dengan
pengertian penuh yang tercantum dalam empat ‘kesunyataan mulia’, yaitu :
a.
Penderitaan
b.
Sumber
penderitaan
c.
Lenyapnya
penderitaan dan
d.
Delapan
jalan utama yang menuju lenyapnya penderitaan[2]
c)
Mengajarkan
Dharma
Ketika sang Buddha merenungkan kepada siapa darma ini harus
diajarkan pertaman kali, ia teringat kedua gurunnya yang mula-mula, yaitu Arda
Kalma dan Rudraka Ramaputra. Tetapi keduanya telah meninggal dunia. ia
bermaksud mengajarkannya kepada kelima muridnya dulu ketika ia masih menjadi
pertapa Gautama.
Karena itu ia kemudian pergi ke Benares, yang jauhnya sekitar 150
mil dari tempat dia memperoleh pencerahan, untuk menemui bekas murid-muridnya
itu. Peristiwa di atas mempunyai arti sangat penting dalam agama Buddha, dan
disebut dengan dharma cakra pravartana sutra atau pemutaran roda dharma, yang
selalu diperingati setiap tahun oleh penganut Buddha.
2.
Pengertian
Buddha, Dharma, Triratna
a)
Buddha
Berasal dari kata sansekerta budh berarti menjadi sadar, kesadaran
sepenuhnya; bijaksana, di kenal, diketahui, mengamati, mematuhi. Hyang Buddha
yang berdasarkan sejarah bernama Shkyamuni pendiri Agama Buddha. Hyang Buddha
yang berdasarkan waktu kosmik[3]
ada banyak sekali dimulai dari Dipankara Buddha.
b)
Dharma
Hukum kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang mengenai agama
Buddha. Berhubungan dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurnah.
Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
1.
Doktrin
2.
Hak,
keadilan, kebenaran
3.
Kondisi
4.
Barang
yang kelihatan atau phenomena
Buddha Dharma
adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan pandangan
terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan
penderitaan disebabkan ketidakpuasan, buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama,
kebaktian, filosofis psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susial,
etika, dan sebagainya. Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma.
c)
Tri Ratna
Seorang yang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan
mengucapkan Tri Ratna (Skt) atau tiga mustika (Ind) yang berarti Buddha,
Dharma, Sangha. Pada saat sembahyang atau kebaktian didepan altar Hyang Buddha.
Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusu sampai tiga kali
atau disebut Trisarana. Tri sarana adalah sebagai berikut :
Bahasa sansekerta :
Buddha Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami
Dwipang Buddhang Saranang
Gacchami
Dwipang Dharmang Saranang Gacchami
Dwipang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami
Tripinang Dharmang Saranang Gacchami
Tripinang Sanghang Saranang Gacchami
Bahasa Indonesia :
Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dharma
Aku berlindung kepada Sangha
Kedua kali Berlindung kepada Buddha
Kedua kali Berlindung kepada Dharma
Kedua kali Berlindung kepada Sangha
Ketiga kali Berlindung kepada Buddha
Ketiga kali Berlindung kepada Dharma
Ketiga kali Berlindung kepada Sangha
3.
Pengertian
Sadha dan Panca Sadha ( keyakinan )
A.
Keyakianan
terhadap Adi Buddha
Sang Hyang Adi Buddha adalah Tuhan yang maha Esa ( swayambu
lokananta’ / pelindung dunia) yang berkedudukan di Nirwana dan’Anista Buwana’ (
alam di atas alam semesta ). Istilah Adi Buddha di gunakan di pulau Jawa (
Indonesia , Nepal, dan Tibet berasal dari Mahayana di Benggala. Di Nepal
dikenal juga Adinata yang berarti pelindung utama (pelindung jagad yang tidak
dilahirkan).[4]
Teology Agama Buddha Indonesia Sanghayang Adi buddha adalah
‘merupakan “sesuatu’ yang maha sakti,
maha mengetahui, maha Agung yang dalam suasana Samadhi telah menyebabkan
terwujudnya alam semesta dengan segala isinya. Adi Buddha telah menjadi 3 wujud
:
1)
Dhayani
Buddha (sukma Buddha)
2)
Dhayani
Bodhisatwa (ego sang Buddha)
3)
Manusia
Buddha
B.
Keyakinan
terhadap Buddha, Bodhisatwa & Arahat
Perbedaan antara Arahat dan Bodhisatwa adalah, Arahat : mendapatkan
pencerahan dan kebebasan bagi diri sendiri.
Bodhisatwa
: ingin menolong semua makhluk dan membawa mereka menuju pencerahan sepenuhnya.
Di dalam Mahayan timbul ajaran
“banyak Buddha”, (mitlogis), dan dijabarkan dari ajaran tentang Lima Skandha,
atau Lima unsur penyusun hidup manusia, yaitu :
Ø Rupa (tubuh)
Ø Wedana (perasaan)
Ø Samjna (pengamatan)
Ø Samskara (kehendak, keinginan)
Ø Wijnana (kesadaran)
Ajaran tersebut di terapkan oleh diri Buddha sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Suwarto, Buddha Dharma Mahayan. Yogyakarta : Majelis Agama
Buddha Mahayan Indonesia, 1995.
Jr. Honig, Dr. A.G. Ilmu Agam. PT. BPK Gunung Mulia : Jakarta, 2009
Ali, Mukti.H. A. Agama-agama di Dunia. IAIN Sunan Kali Jaga :
Yogyakarta, 1988
Swarnasanti. E. Riwayat Hidup Buddha Gautama. Pustaka karaniya :
Jakarta, 2007
[1] Mukti, Ali, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kali Jaga,
1988), hlm. 106
[2] Honig, Ilmu Agama, ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2009 )
[3] Waktu kosmik adalah kalpa, satu kalpa adalah suatu periode waktu yang
sangat lampu yaitu 4326 juta tahun.
[4] Honig, Ilmu Agama, ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2009 )
0 komentar:
Posting Komentar