Kamis, 30 Mei 2013

aliaran-aliran dalam Buddha

18 Sekte Agama Buddha
Apa saja ke-18 sekte itu? Menurut sumber Theravada [Dipavamsa dan Mahavamsa]:

1.Theravadino (Theravada)
2.Vajjiputtaka(Vatsiputriya)
3.Mahimsasaka(Mahisasaka)
4.Dhammuttariya(Dharmotariya)
5.Bhaddayanika(Bhadrayanika)
6.Channagarika(Sannagarika)
7.Sammitiya(Sammitiya)
8.Sabbatthivada(Sarvastivada)
9.Dhammaguttika(Dharmaguptaka)
10.Kassapiya(Kasyapiya)
11.Sankantika(Samkrantika)
12.Suttavada(Sutravadin)
13.Mahasangitikaraka(Mahasanghika)
14.Gokulika(Kukkulika)
15.Ekabyoharika(Ekavyavaharika)
16.Bahussutaka(Bahusrutaka)
17.Pannatti-vada(Prajnaptivada)
18. Cetiya-vada (Caitika)
Beberapa abad setelah Parinirvana Sang Buddha,maka muncullah 4 golongan besar yang semuanya menyatakan perwakilan asli ajaran Sang Buddha.Golongan-golongan ini muncul bukan karena berbeda dalam ajaran Sang Buddha,tetapi hanya perbedaan dalam penafsiran.Ada yang cocok dengan penafsiran ini dan ada yang cocok dengan penafsiran itu tergantung dengan kecocokan penafsiran dalam Buddha Dharma. 4 golongan besar inilah muncul 18 aliran dan inilah sejarah atau akar dari aliran-aliran Hinayana maupun Mahayana.
I. Golongan Sarvastivada (Berbahasa Sanskerta) terbagi menjadi :
1. Mula-Sarvastivadin
2. Kasyapiya
3. Mahasasaka
4. Dharmagupta
5. Bahusrutiya
6. Tamrasatiya
7. Vibhajyavada

II.Golongan Sammatiya (Berbahasa Apabhramsa) terbagi menjadi :
a) Kaurukullaka
b) Avantaka
c) Vatsiputriya

III.Golongan Mahasanghika (Berbahasa Prakrit/Pali) terbagi menjadi :
1)  Purvasila
2)  Aparasila
3)  Haimavata
4)  Lokottaravada
5)  Prajnaptivada

IV.Golongan Sthavira (Berbahasa Paisaci) terbagi menjadi :
a)  Mahaviharavasin
b)  Jetavaniya
c)  Abhayagirivasin

Hal-hal tersebut disesuaikan dengan izin Sang Buddha untuk mencatat atau mengingat dengan kanon atau bahasa mereka masing-masing,seperti yang tertera dalam Cullavaga V,33,1 (Anujanami,bhikave,sakaya-nituttiya buddhavacanam pariyapunitum). Dari 4 golongan besar inilah muncul Tradisi Hinayana dan Mahayana.Pada dasarnya tradisi Mahayana timbul dari ajaran Sang Buddha bahwa setiap Individu memiliki potensi ke-Buddha-an dan percaya mereka dapat mencari keselamatan atau mencapai pencerahan melalui campur tangan Makhluk Agung Dhyani Buddha(Cosmic Buddha)ataupun Boddhisatva.Karena cinta kasih (metta-karuna) sebagai landasan maka Mahayana bisa menunda KeBudhaaan mereka sendiri sampai mereka telah menolong makhluk lain menuju pembebasan.Tradisi Hinayana(Theravada) berkata bahwa potensi ini dapat disadari melalui usaha individual untuk mencapai berbagai tahap kesucian sampai ketahap kesucian tertinggi yaitu Arahat.

Berbagai penafsiran yang berbeda ini secara doktrin sama sekali tidak ada pertentangan.Mereka bebas untuk menafsirkan ayat-ayat suci ataupun sutta/sutra menurut pemahaman mereka.Baik Tradisi Mahayana ataupun Hinayana(Theravada) adalah satu dalam penerimaan mereka akan Sang Buddha dan AjaranNya sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai Nirvana(Nibbana).

Persamaan yang sangat jelas diantara kedua Tradisi ini adalah :
1.Keduanya menerima Sang Buddha Sakyamuni sebagai Sang Guru.
2.Keduanya menerima Empat Kebenaran Ariya.
3.Keduanya menerima Jalan Ariya Beruas Delapan.
4.Keduanya menerima Paticca Samuppada (Sebab Akibat Yang Bergantungan)
5.Keduanya menerima Hukum Karma.
6.Keduanya menerima Anicca,Dukkha,Anatta dan Sila Samadhi Panna tanpa
    Perbedaan apapun.
7.Keduanya menolak gagasan suatu makhluk adikuasa yang menentukan takdir
Ataupun yang memerintah dan menciptakan dunia ini.
8.Keduanya menolak kepercayaan adanya Jiwa Abadi.
9.Keduanya menerima tumimbal lahir setelah kematian.
10.Keduanya menerima doktrin Devaloka(alam Dewa) dan Brahmaloka.
11.Keduanya berlindung pada Tri Ratana/Tri Ratna(Buddha,Dharma,Sangha)
12.Keduanya menerima Nirvana/Nibbana sebagai pencapaian akhir.
Sekte-Sekte Agama Buddha
Setelah kita memahami adanya 2 Tradisi besar didalam Ajaran Buddha maka sesuai dengan daerah dan tempat,tradisi itu juga berkembang dengan berbagai sekte-sekte.
Dalam Tradisi Hinayana muncul 2 sekte yaitu :
1.  Sekte Abhidharma-Kosa ( Ci She Cung / Kusa)  Aliran ini adalah pewaris dari aliran Sarvastivada di India,dengan berdasarkan karya sastra yang ditulis oleh YM.Vashubandu yaitu Abhidharma Kosa Sastra
serta kitab-kitab Abhidharma dari aliran Sarvastivada dan Maha Vaibasha Sastra.Aliran ini lebih mengutamakan penyelidikan Abhidharma.Secara Filosofis sekte ini digolongkan Realistis.Mereka menekankan bahwa segala macam Sankhara dan alam fenomena memang bereksistensi walaupun segala macam sankhara dan fenomena ini dicengkeram oleh Anitta,Dukkha,Anatta.
Sejak tahun 383 Masehi hingga tahun 654 Masehi sekte ini berkembang di daratan Tiongkok berkat usaha Paramartha,Kumarajiva, dan Suan Cuang.
Pada tahun 658 Masehi sekte ini diperkenalkan ke Jepang.
2.    Sekte Satyasiddhi ( Chen Se Cung / Jiojice)
Aliran ini termasuk golongan Sautarantika di India.Berdasarkan karya Harivarman (250 M ? 350 M) yang berjudul Satyasiddhi Sastra.
Aliran ini berbeda dengan aliran Abhidharma Kosa.Karena mereka menyangkal adanya eksistensi Sankhara dan alam fenomena.Ini digolongkan aliran Nihilistik dari Hinayana.Antara tahun 411 dan 412 M Kumarajiva menterjemahkan sastra ini kedalam bahasa Tionghoa dan mulai dikembangkan.Pada tahun 658 M seorang Biksu dari Korea memperkenalkan ajaran ini ke Jepang.
Dalam Tradisi Mahayana muncul 9 sekte yaitu.
1. Sekte Yogacara/Dharmalaksa/Vijnanavada (Wei She Cung/Hoso)
Di India sekte ini disebut Yogacara atau Vijnanavada.Bermula dari Arya Asanga abad V Masehi yang menyusun Yogacarabhumi Sastra (Yu Cia She Ti Luen).Sastra lainnya yang ditulis beliau adalah Mahayana Samparigraha Sastra (She Ta Chen Luen).Terjemahan ke dalam bahasa Tionghoanya di lakukan oleh Buddhasanta,Paramartha dan Suan Cuang.
2.  Sekte Tri-sastra (San Luen Cung/San Ron Syu)
Sekte ini di India disebut Madhyamika atau Sunyatavada. Di India, sekte ini dipelopori oleh Nagarjuna dan Arya Deva (antara abad I dan II Masehi) kemudian disusul oleh Buddhapalita, Bhavaviveka dan Chandrakirti. Di Tiongkok sekte ini dipelopori oleh Kumarajiva (abad V).
Aliran ini berpedoman pada tiga buah sastra yaitu:
a. Madyamika Karika (Cung Luen) karya Nagarjuna
b. Dvadasa-dvara (Se Er Men Luen) karya Nagarjuna
c. Sata Sastra (Pai Luen) karya Arya Deva
Sekte ini menekankan Sunyata. Pengertian terhadap Sunyata adalah sebagai suatu kebenaran yang absolut. Di samping itu sunya adalah pengertian mengenai tidak adanya inti yang kekal karena semuanya berkontradiksi. Sekte ini begitu menitikberatkan pada metode analisa dan perenungan sehingga amat sukar untuk dicerna oleh pengertian awam. Pada masa sekarang sekte ini hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis dan terbatas pada kaum intelektual saja.

3. Sekte Avatamsaka (Hua Yen Cung/Kegon Syu)
Secara harafiah nama sekte ini berarti "lingkaran bunga". Sekte ini bersumber pada Avatamsaka Sutra (Hua Yen Cing), sebuah sutra besar Mahayana. Sutra ini sulit dimengerti sehingga secara legendaris dikisahkan setelah Pertapa Gautama mencapai Samyaksambodhi, beliau menerangkan isi sutra tersebut, namun sayangnya tidak ada manusia yang dapat memahami isi sutra tersebut.
Dikisahkan pula bahwa sutra tersebut dititipkan kepada istana Dewa Naga. Setelah lebih dari 500 tahun Sang Buddha parinirvana, Nagarjuna berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut. Sebagian besar naskah asli dalam bahasa Sansekertanya telah hilang. Penterjemahan sutra tersebut ke dalam bahasa Mandarin dilakukan oleh Buddhabadra, Siksananda dan Prajna. Di Tiongkok sekte ini dipelopori oleh Bhiksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup antara tahun 577-640 Masehi.
Sekte ini sampai sekarang mungkin hanya di Jepang yang masih aktif, sedangkan di negara-negara Timur lainnya umumnya hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis saja. Di Jepang sekte ini berpusat di Vihara Todaiji di Nara.

4. Sekte Tien Tai (Tien Tai Cung/Tendai Syu)
Sekte ini terbentuk di Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung di provinsi Ce Ciang yaitu Gunung Tien Tai (yang berarti "panggung surgawi"). Di Gunung Tien Tai ini secara resmi Bhiksu Ce Khai (531-597) yang disebut juga Ce Yi atau Che ce mendirikan sekte ini. Sebelum beliau telah ada dua orang bhiksu intelektual lainnya yang meratakan jalan dan merintis berdirinya aliran ini yaitu Bhiksu Hui Wen (510-557) dan Bhiksu Hui She (514-577).
Sekte ini berpedoman pada Saddharma Pundarika Sutra (Miao Fa Lien Hua Cing), Amitartha Sutra (Wu Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie Phan Cing). Di samping itu ada tiga tafsiran sutra dan karya sastra yang disusun oleh Hui Wen, Hui She dan Ce Khai yaitu:
a. Fa Hua Wen Ci (Words and phrases of the lotus)
b. Fa Hua Suen I (Profound meaning of the lotus)
c. Mo Ho Ce Kuan Fa Men (Mahayana method of cessation and comtemplation)
Sekte Tien Tai memiliki suatu pandangan filosofis yang disebut konsep 3.000 alam (Tri-sahasra Dharmadhatu). Konsep ini menitikberatkan hubungan erat antar makhluk-makhluk hidup serta hubungan dengan alam semesta sehingga timbul perkataan "yi nien san chien" (ichinen sanzen) yaitu pikiran sekejab meliputi segala hal ikhwal seluruh alam semesta.
Sekte Tien Tai dianut oleh berjuta-juta umat di Asia Timur. Di Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, sekte ini terus berkembang dan dapat dikatakan suatu sekte aliran Mahayana yang cukup aktif.

5. Sekte Tantra (Mi Cung/Cen Yen Cung/ Shingon Syu)
Ada dua macam Tantra Buddhis yaitu Tantra Timur dan Tantra Tibet. Tantra Timur terbagi dua yaitu Tantra yang ada pada sekte Tien Tai dan Tantra pada sekte Cen Yen yang kemudian dibawa ke Jepang dengan nama Shingon Syu. Yang dimaksud dengan Tantra Tibet adalah tantra yang diterapkan di Tibet, Mongolia, Bhutan, Nepal,dll.
Tantra Timur berkembang di Tiongkok pada abad VII ketika tiga orang Guru Besar Tantra datang dari India. Mereka adalah:
Tantra Timur adalah tantra yang berkembang di daratan China dikenal sejak abad IV Masehi,setelah Srimitra yang berasal dari Kucha (sekarang Xinqiang-China) berhasil menerjemahkan sebuah kitab Tantrayana yang berisi mantra-mantra, pengobatan, doa pemberkahan dan ilmu gaib lainnya. Hal tersebut sesungguhnya belum mencerminkan nilai-nilai agung dari aliran Tantrayana itu sendiri, kata Mr. Chauming. Tantra Timur bercorak perfeksionis dimana semua rupang Buddha maupun Bodhisattva serta vajrasatva baik yang bersifat maskulin dan feminim, lebih menunjukkan kesempurnaan, keagungan yang sesuai dengan sopan santun yang ada pada masyarakat China.
Tantra Timur berkembang di China pada abad VII, ketika dikunjungi oleh tiga orang Maha Acharya Tantrayana dari India, yakni:
1.   Subhakarsinha (637-735M), beliau tiba di Ch'an An setelah belajar di Nalanda (India) pada tahun 716 M. Kemudian bersama-sama dengan I Ching menerjemahkan Sutra Tantra yang terkenal, yakni Maha Vairocana Sutra pada tahun 725 M.
2.   Vajra Bodhi (663-725M), beliau juga pernah belajar di Nalanda (India) dan kemudian menerjemahkan Vajrasakhara pada tahun 720 M.
3.   Amoghavajra (705-784 M), beliau adalah siswa dari Vajrabodhi yang tiba di Ch'an pada tahun 756 M.
Selanjutnya,perkembangan mazhab Tantrayana di China sangat pesat selama lebih kurang tiga abad, antara abad V hingga abad VIII Masehi. Selama tiga abad tersebut, berkembang delapan aliran besar di China, yakni:
a.    Lu-Tsung (Vinayavada), didirikan oleh Tao-hsuan (595-667 Masehi).
b.    San Lun Tsung (Madhyamika), didirikan oleh Chi-Tsang (549-623 M).
c.    Wei Shih Tsung (Yogacara) didirikan oleh Huan Tsang (596-664 M).
d.    Mi-Tsung (Tantrayana), didirikan oleh Amoghavajra (705-784 M).
e.    Hua Ten Tsung (Avatamsaka), didirikan oleh Tu Hsun (557-640 M).
f.     Tien Tai Tsung, didirikan oleh Chih K'ai (538-597 Masehi).
g.    Chin Thu Tsung (Amida/Pure Land). Didirikan oleh Shan Tao (613-681 Masehi).
h.   Ch'an (Zen), didirikan oleh Bodhidharma sekitar tahun 500.
Sekte-sekte Tantrayana yang utama di Tibet :
  1.   Sekte nim-ma-pa (sekte jubah merah/ancient red sect)
Anggota sekte ini selalu memakai jubah dan topi merah. Mereka merupakan keturunan dari garis silsilah (lineage) dari maha guru Padma sambhava.
Mereka menjalankan ajaran esoteric (ajaran rahasia). Ajaran dan interpretasi sekte ini merupakan penggabungan dari Buddha Dharma dan Bon-pa. Dan di dalam prakteknya mereka tidak hanya merupakan jalan pikiran yang rasional, namun juga memerlukan inspirasi guna menguasai:
·        Dasar permulaan ajaran di transfer langsung dari para acarya India
·       Mempertahankan tradisi teks-teks kuno yang disimpan / dipendam dalam bumi (tanah) seperti Kitab Bardo Thodol.
      2.   Sekte Kah-dam-pa
Sekte ini dipelopori oleh Atissa Srinyana Dipankara pada tahun 1042 masehi. Atissa pada tahun 1012 pernah mengunjungi Sriwijaya dan berguru pada Maha Acarya Dharmapala selama duabelas tahun, Atissa kembali ke Tibet pada tahun 1042. Beliau wafat tigabelas tahun, kemudian perkembangannya dikemudian hari sekte ini bergabung denga Ge-lug-pa.
3.    Sekte Ge-lug-pa (Sekte jubah kuning)
Anggota sekte ini mengenakan jubah berwarna kuning. Sekte ini merupakan pembaharuan dari sekte Kah-dam-pa dan dipelopori oleh Tzong-ka-pa pada abad XV.
4.     Sekte Kar-gyu-pa
Sekte ini didirikan oleh Lama Marpa pada abad XI. Garis silsilah (lineage) sekte ini diawali dengan Buddha Vajradhara (symbol Penerangan Agung). Para siswa sekte ini dalam pelaksanaan latihan religi dan upacara ritualnya wajib memandang gurunya sebagai Vajradhara, supaya dapat lebih mendekatkan diri pada Sang Buddha, sambil menjamin keberhasilan hubungan erat antara guru dan murid. Salah seorang siswa Marpa yang terkenal adalah Milarepa, yang juga dikenal sebagai filsuf dan penyair terkenal dari Tibet.
sumber : Makalah Ida Zubaedah 
http://www.wihara.com/forum/seputar-buddhisme/4837-beragam-sekte-sekte- agama-buddha.html


0 komentar:

Posting Komentar

Poll

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Download

Entri Populer